Jumat, 05 Maret 2010

Godaan Cupid



Detik- detik menjelang UNAS sudah sangat terasa dalam benakku. Tapi aku masih saja bersantai dan bermain. Aku yang sekarang tak ingin terlalu memikirkan hal yang membuatku pusing dan berujung membuatku sakit waktu UNAS nanti. Seperti minggu-minggu biasanya, aku pergi ke kost-an Restu. Khusus minggu ini aku membawa Chika, teman sekelasku dan Restu.
“mau upload foto anak-anak lagi?” kata Chika.
“he’em,,apa gunanya aku paparazzi di detik-detik UNAS? Anak-anak juga makin menggila, Ahahahai” jawabku sambil mengedit foto anak-anak di kelas.
“Eh,,jaket kelasnya tu jadi gimana e?” tanya Restu.
“aku nggak tau Tu” kata Chika singkat.
“feelingku sich jaketnya sesuai ma voting yang kedua” kataku.
“Ra’,,aku mau ketemuan neh” kata Chika.
“Cie,,cie,,,udah di depan ta? Ayo Tu Liat” kataku.
“Ogah ah,,maLest beud” sambungnya tetapi jawabannya membuatku menarik tangannya untuk ikut serta melihat sosok yang mulai disukai oleh Chika. Setelah melihat mereka ketemuan, aku dan Restu kembali ke kamar.
“ya’apa ma nag mbuncrit itu?” tanya Restu.
“Auk ah,,binun. Hehehe” jawabku singkat sambil smsn dengan seseorang yang ternyata Restu tanyakan.
Sepertinya Cupid kali ini sedang mengerjaiku. Entah darimana asalnya aku jadi mulai penasaran dengan seseorang yang super duper cuek. Chika adalah teman lamanya. Sayang, sekarang dia lagi keluar dengan calon pacarnya. Aku tak ingin menganggu acara mereka. Akhirnya setelah aku selesai mengedit foto anak-anak sekelas. Aku pergi ke warnet dengan Restu, saat aku on Line facebook. Dia juga sedang on Line. Setengah jam aku memproses semua karyaku di facebook, ku lihat dia sudah off Line. Aku pun langsung beranjak pulang, karena telepon dari mamaku sudah terlalu lama berdering tanpa ada jawaban dariku, itulah kekanak-kanakkanku dan hanya beberapa orang saja yang tahu kalau aku terbiasa malas mengangkat telepon dari mamaku.
Sampai di rumah aku kembali berkomunikasi dengannya. Tiap waktu aku selalu smsn dengannya, terkadang dia yang meneleponku. Tanpa ada kabar darinya seharipun aku mulai bingung. Dasar, cupid! Aku tak pernah bisa mengerti isi hatinya. Aku pun mulai menyerah, tetapi malam ini dia mengajakku ketemuan, setelah sekian hari aku ingin bertemu dengannya untuk yang kedua kalinya. Dia memutuskan hari minggu akan keluar. Akan tetapi, pada akhirnya aku keluar dengan Chika. Karena dia tak mengabariku lagi, dan kebetulan masa aktif kartuku sudah habis. Aku sedikit kesal tapi setelah makan es krim, rasa kesalku hilang. Dia menghubungi Chika, di depanku. Aku tak terlalu memikirkannya. Tapi mungkin karena Chika mulai tahu aku menaruh rasa dengannya, akhirnya Chika memutuskan pembicaraan dengannya. Aku pun tetap cuek, karena aku fikir bukan aku yang dia hubungi, berarti aku tak terlalu spesial di hadapannya. Aku jalan-jalan pagi di lapangan tempat para ibu melakukan senam aerobik. Hari pun semakin panas, akhirnya aku mengantar Chika pulang dan pergi ke rumah Restu. Entah kenapa dia membuatku ingin menangis, tetapi ketika aku memikirkannya lagi, buat apa aku menangis demi seseorang yang belum jelas keinginannya. Aku pun menghibur diriku dengan membuat cerpen. Tentang ceritaku ini. Tentang detik-detik aku akan ujian, aku malah memikirkan seseorang yang tidak memikirkanku.
Godaan cupid ternyata tidak berhenti di situ saja, orang yang dulu aku kenal dan sudah lama tidak berhubungan lagi karena jarak yang jauh datang. Orang yang mengerti sifatku, orang yang selalu tahu kapan aku ingin jadi anak kecil, dan orang yang tiba-tiba pergi dariku karena menemukan gadis pujaan hatinya. Orang yang bisa ku jadikan kakak datang lagi. Entah kenapa hatiku hanya bergerak terhadap si nag mbuncrit. Aku di anugerahi sebuah perasaan yang aneh di saat aku harus fokus dengan ujian, tetapi aku menyukainya. Sayang, dalam permainan cupid ini aku yang akan memenangkannya. Aku bisa melakukan aktivitasku tanpa menghubunginya. Yupz,,dunia belum berakhir. Masa lalu yang datang pun mengerti perasaanku yang kini mulai menyukai seseorang dan seseorang yang aku sukai pun sedikit demi sedikit meresponku. Aku tak akan meninggalkannya, tetapi bayang-bayang UNAS juga semakin dekat. Aku akan tetap terus semangat untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Terima kasih cupid, karena aku mempunyai orang-orang yang masih mengerti dan sayang kepadaku, dan karena sampai detik ini pun aku masih memikirkan orang yang aku suka. Aku suka kamu, nag mbuncrit. Jangan buat aku bingung akan tingkahmu. Biarkan aku mengenalimu lebih dekat lagi. Thanks Cupid. ^^