Jumat, 16 April 2010

Kesalahan Terindah




Ini kisah aku dan sahabat kecilku, lebih tepatnya kakakku. Aku adalah cewek yang bisa dikatakan kuper di daerah rumahku. Kenapa? Karena di usia yang sudah genap 16tahun ini, aku belum bisa bergaul dan mengenal semua orang yang ada di daerah rumahku. [kuperku di mulai dari SMP sampai SMA]
Ngomong-ngomong soal sahabat kecilku, seingatk di setahun di atasku. Dan bodohnya lagi dia itu tetangga yang ada di depan rumahku. Berawal aku belajar cuci motor, aku melihat seorang cowok yang ada di depan rumahku, dan ia juga mau mencuci motornya. Setelah dia selesai mencuci motor ia menghampiriku dan tertawa geli melihat tingkahku yang mungkin dia anggap aneh. [iya sich,,bis bukannya cuci motor malah baca instruksi caranya nyuci motor trus]
“Kalo nggak bisa, nggak usah nyuci, perlu bantuan?” tanyanya.
“Bisa yo… kan ini lagi belajar” kataku . [amit-amit aku dikatain]
“Vinta,,Vinta,,dari dulu nggak pernah berubah, sini” katanya sambil mengambil semua peralatan cuci motorku dan mulai mencucinya.
“Kamu tahu namaku? Dari sapa?” tanyaku penasaran.
“Dich,,dasar… tetangga ndiri dilupain, aku Reno, inget?”
“Reno sapa ya? Lupa…hehehe,, skoLa dimana?” tanyaku semakin penasaran.
“aku udah kuliah kali,,mahasiswa baru, neh udah selese. Kalo perlu bantuan ke rumahku aja” katanya sambil pergi masuk ke rumah. Aku tidak habis fikir kalau dia ternyata di atasku. [saking kupernya mpek temen ndiri lupa]. Sepintas aku tidak terlalu ambil pusing akan kejadian itu, tapi gara-gara hal ini, aku jadi sering berpapasan dengannya. [dan terpaksa aku menyapanya dengan sebutan “kakak”… huft]
Saat akan pertengahan September, dia datang ke rumahku, di sambut keluargaku dengan baik sekali. Aku hanya mengernyingkan muka dalam hati. [kalo ketauan berabeh]. Ternyata kak Reno mau mengajakku main keluar. Iya boleh lah, jalan-jalan gratis, refreshing. [kesempatan ma anak kuliahan,,hehehe]. Kami keluar sesuai keinginannya, melewati stasiun kota, stadion dan sampai di tempat makan khas chinesse “Saboten”. [Humm,,yummy]
“Kak,,ngapain ajak aku makan di sini? Kan mahal” kataku memastikan.
“Iya nggak papa,,pengen ajja,,hehehe” jawabnya sambil tertawa, aku pun tak terlalu memikirkannya, aku makan dengan lahap dan saat aku membaca sms dari mamaku, aku tersedak karena kaget. [ya iya lah, kak Reno ultah tapi aku nggak ngado, mana cuma bawa uang sedikit lagi,hadah]
“kakak hari ini ultah kok nggak cerita? Aku kan nggak siapin apa-apa” kataku sedikit kesal padanya.
“aku kira kamu udah tahu, hehehe. Iya udah ayo” katanya mengajakku.
“kemana?” tanyaku bingung.
“katanya mau kasih kado” jawabnya singkat kemudian dari ucapannya aku baru tahusetelah sampai di kedai kebab turki. [ternyata kapasitas perut cowok lumayan besar dari dugaanku]. Aku membelikannya kebab yang serba extra. Extra besar dan extra pedas. [hukuman dank ado yang asik,,hehehehe]. Mulanya aku takut akrab denang kak Reno. [alasanya mudah, dia udah punya pacar, tapi ia pingin punya adek, trus nemu aku deh,,hahahaha]. Tiap malam, kalau ada waktu kita selalu ngobrol bareng kalau nggak iya main cari udara segar. Aku dan kak Reno jadi amplop dan perangko, sampai-sampai ada yang mengira kami jadian, padahal kami ini musuh bebuyutan. [biz aku dikatain pendek mulu,,huft]. Ada juga yang bilang kedekatanku ini karena kak Reno mengajariku semua pelajaran. [padahal aku yang selalu ngajarin, aku ndiri binun sebener e sapa yang kuliah,,,hehehehe].
Mingu pagi yang cerah, saatnya aku menuci motor dan aku lihat di dep rumah kak Reno banyak sekali motor berjajar. Sepertinya teman-temannya lagi berkumpul. Aku sendiri jadi tak enak meminta bantuan. Akhirnya seperti yang dulu-dulu terjadi, selama 2 jam aku jongkok membaca cara mencuci motor. [kebodoha yang tamat sangat]. Aku berharap kak Reo datang mebantu, api aku tahu kalau dia sedang bersama temannya.
“Aku udah bilang kalau nggak bisa, minta tolong aku kan bisa, kata kak Reno sambil memulai mencuci motorku, sepertinya dia sedikit kesal.
“Darimana kakak tahu aku mau nyuci motor?kakak kan lagi ngumpul ma temen-temennya kakak, aku kan nggak enak, maaf”, entah kenpa aku jadi ngerasa bersalah. Kak Reno hanya diam dan menyelesaikan bantuannya, kemudian membereskannya dan kembali ke dalam rumahnya. Ia berlalu begitu saja, jadi sedih.
Aku masuk ke dalam rumah, melihat handphoneku sep, aku matikan saja sekalian. Aku baca majalah yang baru saja aku beli dan rasanya aku menjadi mulai malas. Sorepun datang, aku pun segera andi dan ingin melihat warna merah langit senja. Sepertinya cuaca akan cerah. Akhirnya terbersit di benakku ingin membeli bakso. Pas banget uda di depan rumah langung saja aku pesan semangkuk bakso dan ku makan di teras rumah.[mangkok pinjaman sih hehehe].
Aku lihat di depan rumah kak Reno, teman-temannya bergurau, bercanda dan ada yang bermain gitar. Tak terlihat batang hidung kak Reno. Aku sedih, tapi kupikir lagi apa boleh buat, sehingga segera bangkitlh aku untuk masuk ke dalam rumah. Kudengar kak Reno memanggil . ku berbalik arah dan kudpati kak Reno bersama seorang temannya. Ia mengenalkannya kepdaku. Kak Rama namanya. Kak Reno cerita kalau dia tertarik kepadaku, Ia juga berpesan untuk menjadi pengganti kak Reno kalau aku lagi kesusahan. Senang rasanya punya dua kakak. Tapi kesenanganku berubah menjadi bencana ketika kak Rama menyatakan perasaannya kepadaku, aku pikir aku bakal jadian. Ternyata aku digntungin. [HTS.an gitu…malez banget…sakit…]. Aku tidak kuat dengan keadaan yang seperti ini. [Bayangin 2 bulan].
Malamnya aku beranikan diri datang ke rumah kak Reno. Ketika kuketuk pintu rumahnya. Tak ada jawaban. Setahuku orag tua kak Reno memang keluar kota, tapi kak Reno tidak mungkin ikut, kendaraannya saja ada. Aku sms dan telepon juga tidak ada jawaban. Aku menunggu di depan rumahnya, sendirian. Aku duduk di dekat pintu sambil menangis. Tak lama kemudian ada yang memelukku dari belakang, menenangkanku.
“Haduwh, lama ia?aku ketiduran” kata kak Reno sambil mengelus rambutku. [suka deh……….hehehe].
“Katanya kalo aku perlu bantuan ke rumah kakak”, kataku pelan.
“Maaf,,maaf,,cup..cup..cu..”, katanya khawatir melihatku menangis.
“Ada apa kamu nangis?” tambahnya.
Aku ceritakan semuanya dan menangis sejadi-jadinya di depannya.
“Maaf ya dek .. kakak udah ngenali dia, udah gag usah nangisin cowok kayak dia, mending liad tu lampu tuh ada kebakaran”, katanya membuatku tertawa terbahak-bahak. Semuanya menjadi kembali ke awal. Hanya aku dan kak Reno. Kak Rama hanyalah seorang teman. Hanya kak Reno satu-satunya.



-----------------------------THE END------------------------------------

1 komentar: